Saat mendengar nama Ronny Lukito, sebagian orang mungkin akan langsung membayangkan brand Eiger, yaitu salah satu merek lokal yang berhasil go internasional. Eiger adalah brand yang meluncurkan produk perlengkapan outdoor, seperti penjelajahan sepeda motor, pendakian, dan sebagainya.
Anak ketiga dari enam bersaudara ini berasal dari kalangan keluarga dengan taraf hidup pas-pasan. Meskipun begitu, kondisi tersebut tidak menghalangi tekadnya untuk meraih kesuksesan secara ekonomi.
Biografi Ronny Lukito
Sosok dengan nama Ronny Lukito ini lahir pada 15 Januari 1992 di Kota Bandung, Jawa Barat. Ia merupakan anak laki-laki satu-satunya dari pasangan suami istri Lukman Lukito dan Kusmiati.
Pria berdarah campuran Sumatera, Buton, dan Jakarta ini memiliki lima saudara perempuan. Ia dan saudari-saudarinya dibesarkan oleh oleh orangtua yang berpenghasilan pas-pasan.
Diketahui, bahwa orang tua Ronny menyambung hidup dengan berjualan tas. Hal tersebut pula yang membuat Ronny remaja tumbuh menjadi sosok pemuda rajin dan tekun.
Bahkan, saat masih berstatus sebagai pelajar di Sekolah Teknologi Menengah (STM), ia sudah mencoba berbagai macam pekerjaan untuk menambah penghasilan, termasuk berjualan susu keliling.
Ronny merupakan remaja yang kurang beruntung, meskipun ia memiliki keinginan untuk bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, namun persoalan biaya menjadi penghalang utama cita-citanya.
Masa remaja Ronny dilalui dengan penuh kerja keras dan kesederhanaan, akan tetapi Ronny mudah tidak pernah mengeluhkan keadaannya. Sejak duduk di bangku sekolah, ia bahkan ringan tangan untuk membantu orangtuanya menjalankan bisnis mereka dan dari sanalah Ronny mulai belajar berbisnis.
Lika Liku Perjalanan Ronny Lukito Mulai dari Nol Hingga Sukses
Ronny bukan berasal dari kalangan berada. Setelah menyelesaikan pendidikan STM, ia terpaksa memendam cita-citanya berkuliah di Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung karena kendala biaya.
Lantas, bagaimana perjalanan karir sosok paling penting dibalik besarnya nama brand Eiger ini? Berikut akan dirangkum kisahnya secara lebih terperinci.
Berjualan Susu
Sejak bersekolah di STM, Ronny sudah terbiasa berjualan susu yang ia bungkus menggunakan plastik kecil. Susu tersebut kemudian diikat dengan karet, lalu dijual ke rumah-rumah tetangga menggunakan sepeda motor.
Membantu Orangtua Berjualan Tas
Orang tua Ronny memiliki sebuah toko kecil berukuran 2,5 x 14 m yang terletak di Jl. ABC, No.3, Bandung. Di toko bernama Nam Lung tersebut, Ronny terbiasa melihat proses produksi tas.
Ia dan saudaranya bahkan sering membantu orang tuanya menjalankan usaha sederhana tersebut. Mulai dari mengemas, merapikan tas pada display, hingga menjadi kasir saat ada pembeli.
Sejak tahun 1976, toko tas orangtua Ronny mulai menjual tas buatan sendiri. Pada saat itu, produk tasnya diberi merek Butterfly, nama tersebut terinspirasi dari brand mesin jahit China yang mereka gunakan.
Menjadi Montir
Ronny Lukito merupakan sosok pekerja keras yang tidak mengenal kata gengsi sama sekali. Saat bersekolah di STM, ia berjualan susu sebelum berangkat ke sekolah, sedangkan sepulang menuntut ilmu ia bekerja pada sebuah bengkel sepeda motor sebagai seorang montir.
Belajar Membuat Tas
Semasa remaja, sosok pengusaha kenamaan Indonesia ini bahkan tidak pernah berpikir untuk terjun ke dunia bisnis. Kendati demikian, setamat STM ia merasa harus berpikir realistis ketika melihat keadaan ekonomi keluarganya.
Ronny juga sadar akan posisinya sebagai satu-satunya anak lelaki di keluarga tersebut, sehingga ia bertekad memprioritaskan meneruskan usaha keluarga. Hal tersebut pula yang memotivasi Ronny untuk belajar mengenai cara membuat tas, termasuk membuat pola dan menjahit.
Produk Tas Ditolak Matahari Department Store Hingga 12 Kali
Dalam proses mengembangkan bisnisnya, dengan modal pas-pasan Ronny membeli dua buah mesin jahit, sedikit bahan baku membuat tas, beserta peralatan menjahit. Dibantu oleh seorang pegawai yang bernama Mang Uwon, Ronny muda mulai memproduksi tas.
Sekitar tahun 1983-1984 ia mulai mengajukan penawaran sebagai pemasok di Matahari Department Store. Pada saat itu, ia terus ditolak oleh bagian pembelian hingga 12 kali, di permohonan ke 13 kalinya, barulah produk tasnya di terima, dan nilai jual tasnya hanya di bawah Rp300.000.
Mengembangkan Jaringan Pemasaran
Dengan tekad untuk bisa memajukan usaha tas yang diproduksinya, Ronny terjun ke berbagai daerah untuk mencari mitra pengecer baru. Ia rajin berkeliling dari satu kota ke kota lain untuk mempromosikan serta membangun jaringan pemasaran yang lebih luas.
Karena masih dalam tahap awal memulai bisnis, Ronny merasa tidak memiliki pengetahuan cukup dalam bidang bisnis dan pemasaran. Oleh sebab itulah, pada tahun 1983 ia memutuskan menggunakan jasa konsultan yang dipanggilnya sebagai Mas Adi.
Selain belajar mengenai berbagai hal dari Mas Adi, ia juga mengambil kursus pembukuan di lembaga belajar manajemen keuangan yang terletak di Jl. Siliwangi, Bandung.
Sejak berbisnis, Ronny Lukito mulai aktif membaca buku dan menghadiri seminar, sehingga ia bisa mengejar ketertinggalan akibat pendidikan formalnya yang terbatas.
Memperluas Bisnis
Di tahun 1984, Ronny akhirnya mampu membeli rumah tambahan untuk membangun ruang produksi dengan luas 600 m2. Tidak lama berselang, tepatnya pada tahun 1986, ia berhasil membeli tanah 600 m2 lagi untuk memperluas rumah produksi yang dimiliki.
Di tahun yang sama, ia juga mempersunting wanita pujaan hatinya. Sementara itu, di sisi lain bisnis yang dilakoninya terus berkembang dan bahkan Ronny sudah merekrut marketing professional.
Dengan kerja keras tanpa mengenal lelah, ia terus mencari tahu peluang pasar di lapangan supaya bisa membawa usahanya ke puncak kejayaan.
Kasus Copyright
Dalam menjalankan bisnisnya, Ronny pernah terbentur masalah copyright, khususnya pada merek dagang Exxon. Pada saat itu, perusahaan Exxon Mobil Corporation di Amerika melayangkan surat komplain karena Rony dianggap menjiplak merek dagang mereka.
Oleh sebab itulah, merek Exxon diubah menjadi Exsport. Sport sendiri diambil dari Bahasa Inggris yang berarti olahraga, sesuai dengan produk tasnya yang didesain fun dan stylish.
Menjadi Supplier di Berbagai Department Store Ternama
Pada akhirnya, kegigihan usaha Ronny membuahkan hasil. Ia bahkan berhasill menjadi supplier tas di berbagai department store terkemuka di Indonesia, seperti Ramayana, Matahari, Gramedia, Gunung Agung, dan lain sebagainya dengan produk Eiger, Bodypack, Export, seta masih banyak lainnya.
Mendirikan B&B Inc
Remaja penjual susu keliling tersebut kini telah berhasil menjadi seorang pebisnis sukses. Saat ini, ia merupakan pemilik sekaligus pimpinan dari perusahaan besar B&B Inc., yang menaungi 4 cabang, yaitu:
- PT Eksonindo Multi Product Industry
- PT Eigerindo Multi Product Industry
- PT Eksonindo Multi Product Industry
- CV Persada Abadi
Setiap tahunnya, B&B Inc., memproduksi sekitar 2.500.000 produk tas dengan 8.000 desain berbeda. Produk-produk tersebut dipasarkan dalam merek dagang dan fungsi berbeda pula.
Passion dan Bisnis
Ronny memiliki kecintaan terhadap lingkungan hidup dan hal tersebut bukan hanya diwujudkan dalam bentuk peluncuran brand Eiger dengan produk peralatan aktivitas outdoor.
Pada tahun 1998 silam, ia mendirikan Eiger Adventure Service Team (EAST), yaitu organisasi yang berkontribusi dalam mengembangkan aktivitas di alam bebas. Selain itu, ia dan LSM lingkungan hidup juga telah menanam sekitar 1,5 juta bibit pohon di berbagai wilayah Indonesia.
Lebih lanjut, Ronny juga membuka kawasan wisata alam Dusun Bambu Leisure Park yang terletak di Cisarua, Bandung. Kepada para pengunjung, ia selalu membagikan bibit pohon sebagai cinderamata.
Merk Dagang dari Perusahaan Ronny Lukito
Di bawah naungan B&B Inc., Ronny berhasil memasarkan produk buatannya hingga ke seantero Indonesia dan bahkan mancanegara, seperti Singapura, Filipina, Jepang, dan Lebanon.
Berikut adalah sejumlah merek dagang dari perusahaan Ronny:
Eiger
Siapa yang tidak mengenal brand Eiger? Merek dagang yang diluncurkan pada tahun 1993 ini diambil dari sebuah nama gunung di Swiss, yaitu Eiger. Sesuai namanya, Eiger merupakan merek untuk perlengkapan aktivitas outdoor, seperti kemah, pendakian, panjat tebing, dan lainnya.
Pada awalnya, Eiger hanya memiliki produk tas. Pada tahun 1998-an, Eiger mulai mengembangkan produksi dan saat ini telah mempekerjakan sekitar 800 penjahit dengan pabrik di kawasan Soreang.
Bodypack
Merek dagang lain yang tidak kalah populernya adalah Bodypack. Produk-produk dari brand ini dirancang khusus untuk mendukung kegiatan keseharian masyarakat modern yang lekat dengan teknologi digital.
Konsep awal Bodypack adalah Street Gear, tapi kemudian diubah menjadi Digital Lifestyle. Hal tersebut sejalan dengan slogan yang dimiliki, yaitu “Bodypack: Digital Lifestyle”.
Exsport
Ronny memiliki sebuah tempat produksi di Kopo, Bandung. Di lahan seluas 6.000 m2 tersebut, ia meluncurkan tas dengan merek dagang Exxon yang pada kemudian hari diubah menjadi Exsport.
Hal ini dikarenakan nama Exxon sangat identik dengan nama perusahaan Exxon Mobil Corporation. Dalam pemasarannya, Exsport didesain khusus untuk remaja perempuan.
Xtreme
Produk dari Xtreme ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pengendara sepeda motor, khususnya kaum pria karena mengusung desain maskulin. Dengan tagline “The Ultimate Riding Gear”, Xtreme menghadirkan berbagai produk perlengkapan mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Neosack
Merek dagang ini meliputi produk tas perlengkapan sekolah dengan target pasar para pelajar, mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas.
Nordwand
Senada dengan Eiger, merk Nordwand meluncurkan produk dengan pangsa pasar para petualang. Hanya saja, harganya relatif lebih terjangkau dari Eiger, sehingga lebih bersahabat untuk berbagai kalangan.
Kunci Sukses Ronny Lukito dalam Berbisnis
Keberhasilan dalam mengembangkan usaha tidak didapatkan dengan begitu saja oleh sosok pemilik B&B Inc., ini. Berasal dari kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah, membentuk kepribadian Ronny menjadi sosok pekerja keras, gigih dalam berusaha, realistis, dan ingin terus berkembang.
Di bawah ini adalah beberapa rahasia kesuksesan bisnis Ronny yang bisa kita jadikan acuan:
Tidak Gengsi
Tanpa disadari, gengsi atau jaim yang terlalu berlebihan bisa menjadi penghambat kesuksesan kita. Dari sosok pendiri Eiger ini, kita bisa belajar bahwa untuk sukses, maka harus dapat mengalahkan gengsi.
Ronny muda tidak pernah merasa malu dan gengsi untuk menjalani hidup secara apa adanya dan terus belajar memperbaiki diri. Ini dapat dilihat dari kegigihannya dalam mencari penghasilan tambahan sejak masih sekolah dan tidak pernah segan bertanya mengenai hal-hal yang tidak diketahui.
Belajar dan Praktik
Meskipun hanya tamatan STM, namun semangat Ronny untuk terus belajar tidak pernah padam. Selama proses mengembangkan usahanya, ia selalu membaca buku dan ikut kursus karena sadar betapa terbatasnya pengetahuan yang dimiliki.
Selain belajar secara teori, sosok pemilik Eiger ini juga turun ke lapangan dan membangun pergaulan dengan para pemilik toko tas serta pedagang lain pada umumnya. Hal tersebut membuat Ronny Lukito lebih memahami jenis produk seperti apa yang menjadi tren pasar dan diminati konsumen.
Terus Mengembangkan Diri
Ronny mengungkapkan bahwa dirinya merupakan tipe orang yang mau belajar dan selalu ingin tahu. Jadi, bisa diketahui bahwa salah satu kebiasaan yang menjadi rahasia kesuksesannya menjadi pengusaha adalah karena memiliki kemauan untuk terus belajar serta mengembangkan diri.
Setiap Orang Memiliki Kesempatan Sama
Berasal dari keluarga sederhana tidak pernah membuat Ronny muda berkecil hati, bahkan hal tersebut menjadi cambukan semangat baginya. Karena kondisi finansial keluarganya tersebut justru membuat ia sadar dan harus bersikap realistis, bahwa ia harus mampu membantu memperbaiki ekonomi keluarganya.
Ronny menyadari, bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk bisa sukses. Kuncinya adalah terus berjuang dan menjemput peluang tersebut, bukan hanya menunggu.
Kerja Keras
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kerja keras seolah telah menjadi makanan sehari-hari bagi Ronny sejak masih usia belia. Ia pernah menjalani berbagai profesi, mulai dari jualan susu, menjadi montir, sebelum akhirnya fokus mengembangkan bisnis keluarga.
Tidak Pernah Menyerah
Dalam tahap mengembangkan usahanya, Ronny bahkan tidak segan terjun ke lapangan untuk melakukan observasi sekaligus mencari mitra usaha. Bahkan, saat produknya ditolak oleh Matahari Department Store hingga belasan kali, ia tetap tidak pernah menyerah untuk mencoba.
Mampu Membaca Peluang
Meskipun tidak mempunyai background pendidikan formal yang tinggi, namun Ronny mampu membaca setiap peluang yang ada di depan mata. Tidak mengherankan apabila setiap produk dari merek dagangnya selalu laris manis dipasaran.
Ronny Lukito merupakan sosok pengusaha inspiratif yang berhasil mendulang kesuksesan meskipun terkendala modal dan pendidikan formal. Dari beliau, kita bisa belajar bahwa keberhasilan adalah milik siapa saja yang mau berjuang tanpa kenal lelah dan putus asa.