Pada ilmu ekonomi, kerap ditemukan istilah yang berbunyi ceteris paribus. Ceteris paribus adalah sebuah asumsi untuk menyederhanakan berbagai formulasi dan deskripsi dari banyak anggapan ekonomi.

Bagi sejumlah orang, mungkin masih asing dengan ceteris paribus. Namun, istilah ini banyak ditemukan dalam analisis ekonomi mikro dan makro. Ingin tahu lebih banyak tentang ceteris paribus? Simak artikel ini sampai selesai, ya.

Apa Itu Ceteris Paribus?

Ceteris paribus adalah peribahasa latin yang mempunyai arti “with all other things equal” atau saat semua kondisi dianggap sama. Artinya, semua variabel lain dianggap konstan atau sama.

Menurut Lembaga Penelitian, Pendidikan & Penerangan, Ekonomi dan Sosial (LPPPES), ceteris paribus adalah suatu asumsi klasik yang menganggap faktor lain (selain faktor yang diteliti atau diperhatikan) akan dianggap konstan atau tidak berubah.

Contoh Ceteris Paribus

Seperti yang sudah disebutkan, istilah ini digunakan saat analisis ekonomi mikro dan makro. Nah, ini dia salah satu contoh dari penggunaan asumsi ceteris paribus.

Pada suatu waktu, terjadi kenaikan harga es krim. Produsen es krim pun menganggap hal ini sebagai sesuatu yang menguntungkan, karena akan memberikan peningkatan jumlah penawaran. Oleh sebab itu, produsen es krim akan membuat stok es krim yang banyak dan merekrut banyak karyawan.

Namun, ketika harga es krim turun, penjualan es krim kurang menguntungkan dan produsen hanya membuat es krim sedikit. Ketika momen ini terjadi, beberapa produsen es krim memutuskan untuk menutup usahanya.

Penggunaan Ceteris Paribus

Ceteris Paribus Adalah

Penggunaan ceteris paribus tidak jauh-jauh dari hukum permintaan dan penawaran. Lebih tepatnya, digunakan saat menganalisis permintaan dan penawaran.

  • Analisis Permintaan

Terdapat asumsi bahwa semakin murah harga produk, maka permintaannya semakin tinggi. Hal itu juga berlaku sebaliknya, bahwa semakin mahal produk, maka permintaannya semakin rendah. 

Asumsi ini tidak sepenuhnya benar, karena ada faktor lain yang mempengaruhi permintaan barang. Bahkan, ada barang tertentu yang semakin tinggi harganya, permintaannya juga semakin tinggi.

Pada analisis permintaan, terdapat sejumlah jenis barang, seperti barang superior, barang inferior, barang substitusi, barang komplementer. Setiap jenis barang memiliki karakteristik yang berbeda, karenanya dibutuhkan sebuah asumsi untuk mempermudah, dengan menganggap faktor lain konstan.

Tidak heran, jika setiap hukum relasi harga dan permintaan, asumsi ceteris paribus akan digunakan. Hal ini menyebabkan adanya kesimpulan bahwa jika harga turun, maka permintaan meningkat.

  • Analisis Penawaran

Produsen akan menganggap bahwa semakin mahal harga produk, maka penawaran produk juga semakin tinggi. Padahal, ada faktor lain yang mempengaruhinya, seperti kebijakan pemerintah, tingkat keuntungan, proyeksi permintaan produk, dan lain-lain.

Supaya mendapatkan asumsi yang akurat dan baik, maka faktor-faktor lain itu dianggap konstan. Jadi, dapat disimpulkan dalam hukum penawaran terdapat ceteris paribus adalah “apabila harga naik, maka produksi ditingkatkan, sedangkan jika harga turun, maka produksi diturunkan”.

Kerugian Akibat Asumsi Ceteris Paribus

Sayangnya, asumsi ceteris paribus mampu mendatangkan kerugian apabila diterapkan. Asumsi ini menyebabkan teori ekonomi yang dihasilkan sulit digunakan pada permasalahan di dunia nyata, karena di kehidupan nyata tidak ada variabel yang konstan.

Misalnya, pada contoh produsen es krim yang telah disebutkan. Hal tersebut belum pasti terjadi, karena kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhinya, seperti faktor selera dan preferensi konsumen.

Oleh karena itu, ceteris paribus adalah asumsi yang perlu diubah terlebih dahulu, berdasarkan kondisi atau realita yang ada. Hal tersebut menjadi tantangan bagi para ekonom untuk membuat solusi dari berbagai permasalahan ekonomi.