Kalau kamu pernah ngulik dunia trading, kemungkinan besar kamu sudah familiar dengan yang namanya MA 200 alias 200-day Moving Average. Indikator ini cukup legendaris β bukan cuma di kalangan trader, tapi juga sering disebut di berita ekonomi.
MA 200 biasanya dipakai buat satu hal utama: ngecek apakah pasar sedang dalam fase bullish atau bearish. Kalau harga saham berada di atas garis MA 200, artinya tren jangka panjangnya dianggap naik. Tapi kalau sudah mulai tembus ke bawah, banyak yang anggap itu pertanda bahaya.
Tapi… pertanyaan pentingnya adalah:
Apakah MA 200 benar-benar efektif di pasar saham Indonesia yang fluktuatif dan sering nggak terduga ini?
Sinyal Buy and Close Moving Average
Ada banyak cara menggunakan moving average, dan dua yang paling populer adalah golden cross dan death cross. Tapi sebelum masuk ke strategi yang kompleks, kita mulai dari yang paling sederhana dulu.
Dalam uji coba ini, kita akan pakai pendekatan dasar:
Buy saat harga close kemarin berada di atas MA 200, dan
Sell saat harga close turun di bawah MA 200.
Simpel banget, kan? Tapi justru karena simpel, kita bisa tahu apakah strategi ini memang efektif di pasar saham Indonesia yang cenderung volatil.
Eksperimen: Backtest Strategi MA 200
Backtest Strategi MA 200 pada Saham BCA
Seperti biasa, kita akan mulai tes strategi ini di saham BCA. Kenapa BCA? Karena saham ini tergolong paling liquid di bursa dan punya tren naik yang cukup konsisten selama 20 tahun terakhir.
Kita ingin tahu:
Apakah strategi simple MA 200 bisa membantu mengurangi drawdown dan meningkatkan profit dibanding sekadar beli dan tahan (buy and hold)?
Kalau MA 200 bisa bekerja di saham stabil seperti BCA, ada kemungkinan besar strategi ini juga punya potensi di saham-saham lainnya.
Contoh Entry Strategi MA 200
Berikut adalah contoh ketika strategi ini memberikan sinyal beli pada saham BBCA.
Kita akan melakukan pembelian di harga open keesokan harinya, apabila harga close kemarin berada di atas garis MA 200.
Dengan cara ini, kita mencoba masuk hanya ketika pasar dianggap sedang dalam fase bullish secara teknikal.
Contoh MA 200 Kena Whipsaw π¨
Walaupun terlihat sederhana dan rapi, MA 200 juga bisa kena jebakan pasar alias whipsaw.
Ini terjadi ketika harga naik sedikit di atas MA 200, lalu turun lagi beberapa hari setelahnya.
Strategi seperti ini bisa membuat kita:
-
Buy terlalu cepat, lalu market malah balik arah
-
Sell terlalu cepat, padahal market cuma koreksi kecil
Contohnya di BBCA, ada momen saat harga hanya “numpang lewat” di atas MA 200, lalu turun lagi.
Kalau kita ikuti sinyalnya mentah-mentah, kita bisa masuk dan keluar dalam waktu singkat, tapi tetap rugi.
Hasil Backtest Saham BCA Dari Tahun 2005 – 2025π
Hasilnya? Sungguh mengecewakan.
Kalau kamu beli dan tahan saham BCA selama 20 tahun, return tahunan (CAR) yang kamu dapat adalah 20.50%. Tapi kalau kamu pakai strategi MA 200 ini, hasilnya cuma 6.69% π¬
Padahal exposure-nya tinggi banget β 77.4% dari waktu kita nyangkut di pasar.
Lebih parah lagi, drawdown-nya justru naik. Dari -45.38% (buy & hold) jadi -52.81% dengan strategi MA 200. Jadi bukan cuma return-nya kecil, risikonya malah makin besar.
Singkatnya: strategi MA 200 ini gagal total di saham BCA.
Backtest Strategi MA 200 pada Saham PTBA Tahun 2005-2024
Meskipun strategi MA 200 gagal total di saham BCA, hasilnya beda cerita di PTBA.
Strategi ini justru tampil cukup solid dan memberikan return yang layak dipertimbangkan.
Kenapa bisa begitu? Salah satu kemungkinannya karena saham PTBA cenderung “single-minded”. Artinya, pergerakannya lebih tegas β kalau naik ya naik terus, kalau turun ya beneran turun.
Jarang banget terjadi whipsaw atau sinyal palsu di sekitar MA 200.
Jadi, dalam kasus PTBA, moving average 200 justru berhasil membantu menyaring noise dan menjaga posisi tetap on trend.
Hasilnya? Sedikit lebih baik.
-
π Return strategi MA200: 12.56%
-
π Return buy & hold: 12.45%
-
β οΈ Drawdown MA200: -60.55%
-
π©Έ Drawdown buy & hold: -83.27%
-
β³ Exposure: 55.26%
Meski return-nya hampir sama, strategi MA 200 ternyata berhasil menurunkan risiko drawdown. Hal ini bisa jadi karena PTBA punya tren harga yang lebih βbersihβ dan tidak terlalu banyak whipsaw seperti saham perbankan.
π§ Kesimpulan sementara: MA 200 mungkin bukan alat cuan terbaik, tapi cukup efektif mengurangi kerugian saat market jatuh β asalkan kamu pilih saham yang karakternya cocok.
Backtest Strategi MA200 pada Saham ANTM
Tahun 2005-2024
Setelah performa MA 200 cukup baik di PTBA, kita penasaran: bagaimana kalau strategi yang sama diterapkan ke saham tambang lainnya seperti ANTM?
Meski drawdown tetap tinggi (karena volatilitas ANTM memang brutal), strategi MA200 masih memberikan perlindungan drawdown yang signifikan dan sedikit kenaikan return dibanding buy & hold.
Hasilnya? Sedikit lebih baik.
-
π Return MA200: 9.38%
-
π Return Buy & Hold: 8.63%
-
β οΈ Drawdown MA200: -73.76%
-
π©Έ Drawdown Buy & Hold: -93.23%
-
β³ Exposure: 44.79%
π Apa artinya?
Strategi ini berhasil menghindari sebagian besar kejatuhan, terutama saat tren jangka panjang sedang turun. Meskipun bukan sistem holy grail, MA200 bisa jadi alat defensif yang cukup berguna β terutama di saham yang punya tren jangka panjang jelas seperti ANTM atau PTBA.
Bagaimana dengan Golden Cross dan Death Cross?Β
Golden Cross dan Death Cross adalah variasi strategi Moving Average crossover yang populer. Biasanya digunakan untuk mendeteksi awal tren jangka panjang.
π‘ Apa itu Golden Cross?
Golden Cross terjadi ketika MA jangka pendek (misalnya MA50) memotong MA jangka panjang (misalnya MA200) dari bawah ke atas.
π Ini sering dianggap sebagai sinyal bullish jangka panjang.
Contoh sinyal beli:
MA50 naik melewati MA200 β beli di bar berikutnya.
β« Apa itu Death Cross?
Death Cross adalah kebalikannya. MA50 memotong MA200 dari atas ke bawah.
π Ini dianggap sebagai sinyal bearish β tanda potensi penurunan panjang.
Contoh sinyal jual:
MA50 turun melewati MA200 β jual di bar berikutnya.
π€ Apakah Strategi Golden Cross dan Death Cross Efektif?
Selanjutnya kiita akan backtest Golden Cross + Death Cross pada saham yang sudah kita uji sebelumnya (BBCA, PTBA, ANTM) lalu bandingkan hasilnya dengan MA200 biasa dan Buy & Hold.
Strategi Golden Cross dan Death Cross
Disini kita akan menggunakan 2 jenis golden cross dan death cross yang populer yaitu:
- SMA 200 dan SMA 50
- EMA 50 dan EMA 20
Contoh Golden Cross SMA 200 dan SMA 50
Seperti yang terlihat pada gambar, kita akan melakukan buy saat SMA 50 menembus SMA 200 dari bawah. Inilah yang disebut dengan Golden Crossβsinyal klasik bahwa tren naik besar mungkin akan dimulai.
Kita tidak peduli dengan harga saat ini, yang penting adalah dua garis ini saling menyilang, dan SMA 50 (garis lebih responsif) mulai bergerak di atas SMA 200 (garis lambat dan stabil). Biasanya ini terjadi setelah fase konsolidasi atau downtrend panjang.
Contoh Death Cross SMA 200 dan SMA 50
Sebaliknya, untuk Death Cross, kita akan melakukan sell saat SMA 50 memotong SMA 200 dari atas ke bawah.
Ini sering dianggap sebagai sinyal bahwa tren turun sedang dimulai atau pasar mulai melemah. Biasanya muncul setelah kenaikan yang cukup panjang dan jadi tanda bahwa saatnya keluar β atau setidaknya hati-hati.
Backtest Golden Cross dan Death Cross
Pertama-tama, kita akan menguji strategi Golden Cross dan Death Cross dengan kombinasi SMA 50 dan SMA 200, yang merupakan kombinasi paling populer di dunia trading.
-
Golden Cross: Buy saat SMA 50 menembus SMA 200 dari bawah
-
Death Cross: Sell saat SMA 50 menembus SMA 200 dari atas
BackTest Golden Cross SMA 200 dan SMA 50 pada Saham BBCA
Hasil pengujian strategi Golden Cross & Death Cross di saham BBCA:
-
π Return strategi: 7.29%
-
π© Return buy and hold: 20.5%
-
π Drawdown strategi: -35.55%
-
π» Drawdown buy and hold: -45.38%
π Walaupun secara return masih kalah jauh dari strategi buy and hold, paling tidak drawdown-nya lebih kecil, dan hasilnya lebih baik dibanding hanya pakai SMA 200 saja.
Kesimpulannya, strategi ini sedikit membantu mengurangi risiko, tapi tetap kurang cocok untuk saham BBCA.
BackTest Golden Cross EMA50 dan EMA20 pada Saham BBCA
Karena sepertinya saham BCA cenderung slow moving dan stabil, makanya sering terdapat false signals sehingga menyebabkan kerugian yang cukup signifikan. Kali ini, kita akan uji strategi crossover yang lebih responsif terhadap perubahan harga, yaitu:
-
Buy saat EMA 20 menembus ke atas EMA 50 (Golden Cross)
-
Sell saat EMA 20 menembus ke bawah EMA 50 (Death Cross)
Tujuan eksperimen ini:
Mengurangi false signal yang sering terjadi di saham seperti BBCA dengan menggunakan moving average yang lebih cepat merespons perubahan tren jangka pendek.
π Hasil Backtest Golden Cross EMA 50 dan EMA 20 pada Saham BBCA:
-
Return strategi: 8.74%
-
Max Drawdown: -39.11%
-
Buy and Hold Return: 20.50%
-
Buy and Hold Drawdown: -45.38%
Strategi EMA 50/20 ini sedikit lebih baik dari SMA 200 dan SMA50/200 dalam mengurangi drawdown, tapi tetap belum bisa mengalahkan buy and hold dari sisi return.
β Kesimpulan:
Strategi berbasis moving average β baik itu SMA 200, Golden Cross SMA 50/200, maupun EMA 20/50 β tidak cocok diterapkan pada saham BBCA.
π§ Strategi MA lebih cocok untuk saham yang βliarβ dan cenderung tren kuat, bukan saham slow-moving seperti BBCA.
Summary Backtest Strategi di Saham BCA
Strategi | CAGR / Return Tahunan | Max Drawdown (%) | Exposure (%) | Catatan |
---|---|---|---|---|
Buy and Hold | 20.50% | -45.38% | 100% | Basis pembanding. Tidak pakai sinyal jual. |
SMA 200 | 6.69% | -52.81% | 77.4% | Performa menurun, banyak whipsaw. |
SMA 200 Cross | 7.29% | -35.55% | 64.6% | Mirip dengan SMA 200, sedikit lebih baik. |
EMA 50 | 8.74% | -39.11% | 71.76% | Lebih agresif, tapi masih kalah jauh dari buy and hold. |
BackTest Golden Cross SMA 200 dan SMA 50 pada Saham PTBA
Hasil pengujian strategi Golden Cross & Death Cross di saham PTBA:
-
π Return strategi: 6.80%
-
π© Return buy and hold: 12.45%
-
π Drawdown strategi: -62.83%
-
π» Drawdown buy and hold: -83.27%
Hasil strategi ini justru lebih buruk dibandingkan kombinasi SMA 200 dengan price action. Penyebab utamanya, pergerakan harga di saham ini tergolong cepat namun bertahan lama.
Jadi, ketika SMA 50 akhirnya menembus SMA 200, tren naiknya sudah hampir selesai. Akibatnya, sinyal buy datang terlambat dan profit yang didapat pun sangat minim.
BackTest Golden Cross EMA50 dan EMA20 pada Saham PTBA
π Hasil Backtest Golden Cross EMA 50 dan EMA 20 pada Saham PTBA:
-
Return strategi: 7.49%
-
Max Drawdown: -58.24%
-
Buy and Hold Return: 12.45%
-
Buy and Hold Drawdown: -83.27%
Strategi EMA 50/20 ini sedikit lebih baik dari SMA 200 dan SMA50/200 dalam mengurangi drawdown, tapi tetap belum bisa mengalahkan buy and hold dari sisi return.
β Kesimpulan:
Strategi EMA 50/20 memang sedikit lebih baik dibanding cross SMA200, tapi masih kalah dari pendekatan SMA200 + price action. Ini menunjukkan satu hal penting: sinyal dari moving average terlalu lambat buat jadi indikator buy utama.
π§ Untuk saham pertambangan, strategi simpel justru lebih efektif.
Cukup pakai sinyal saat harga close di atas MA β tanpa perlu ribet pakai golden cross atau death cross. Kenapa? Karena saham sektor ini biasanya bergerak cepat, baik naik maupun turun. Jadi kalau terlalu nunggu indikator lambat, kita malah ketinggalan momentum.
Summary Backtest Strategi di Saham PTBA
Strategi | CAGR / Return Tahunan | Max Drawdown (%) | Exposure (%) | Catatan |
---|---|---|---|---|
Buy and Hold | 12.45% | -83.27% | 100% | Basis pembanding. Tidak pakai sinyal jual. |
SMA 200 | 12.56% | -60.55% | 55.26% | Merupakan performa terbaik. |
SMA 200 Cross | 6.8% | -62.83% | 46.19% | Hasilnya jauh turun dibandingkan SMA200 |
EMA 50 | 7.49% | -58.24% | 53.01% | Lebih baik, tapi masih kalah jauh dari SMA200 |
BackTest Golden Cross SMA 200 dan SMA 50 pada Saham ANTM
Hasil pengujian strategi Golden Cross & Death Cross di saham ANTM:
-
π Return strategi: -5.08%
-
π© Return buy and hold: 8.63%
-
π Drawdown strategi: -85.36%
-
π» Drawdown buy and hold: -93.23%.
Sesuai dugaan: SMA200 cross terlalu lambat untuk saham sevolatile ANTM. Begitu sinyal muncul, momentumnya udah keburu lewat.
BackTest Golden Cross EMA50 dan EMA20 pada Saham ANTM
π Hasil Backtest Golden Cross EMA 50 dan EMA 20 pada Saham ANTM:
-
π Return strategi: 11.31%
-
π© Return buy and hold: 8.63%
-
π Drawdown strategi: -76.30%
-
π» Drawdown buy and hold: -93.23%.
Menariknya, strategi Golden Cross EMA50/20 berhasil ngalahin buy and hold β bukan cuma dari sisi return, tapi juga drawdown yang lebih ringan. Walau penurunannya masih dalam, setidaknya strategi ini kasih proteksi saat market drop ekstrem.
Summary Backtest Strategi di Saham ANTM
Summary Backtest Strategi di Saham ANTM
Strategi | CAGR / Return Tahunan | Max Drawdown (%) | Exposure (%) | Catatan |
---|---|---|---|---|
Buy and Hold | 8.63% | -93.23% | 100% | Basis pembanding. Tidak pakai sinyal jual. |
SMA 200 | 9.38% | -73.76% | 44.79% | Cukup bagus |
SMA 200 Cross | -5.08% | -85.36% | 31.2% | Golden Cross SMA200 terlalu lambat untuk saham cepat seperti ANTM. |
EMA 50 | 11.31% | -76.30% | 44.01% | Β Hasil terbaik, return tertinggi dengan drawdown lebih rendah dari buy & hold. |
β Kesimpulan:
Strategi EMA 50/20 terbukti jadi yang paling efektif untuk saham ANTMβjauh lebih unggul dibanding pendekatan SMA200 sederhana di PTBA. Kemungkinan karena ANTM punya tren yang lebih panjang dan stabil, sehingga sinyal dari EMA masih sempat “nangkap” momentum sebelum tren berakhir.
π§ Meskipun return-nya naik, drawdown-nya masih kelewat dalam.Β
Strateginya berhasil ngalahin buy and hold, tapi risiko nyangkut tetap tinggi dan sebaiknya di gabungkan dengan filter lain untuk melakukan filter terhadap false signal.
Kesimpulan Akhir
SMA 200 memang bisa jadi indikator arah trenβbullish atau bearishβtapi bukan alat yang tepat untuk timing entry atau exit. Jadi, lebih cocok dijadikan kompas arah pasar, bukan tombol beli-jual otomatis.
Beberapa strategi memang sempat mengalahkan buy and hold dari sisi return, tapi sayangnya drawdown-nya masih kelewat dalam. Dalam dunia nyata, strategi dengan risiko nyangkut segede itu jelas nggak idealβapalagi kalau modalnya terbatas atau mental belum siap hadapi floating loss panjang.