16 Kebiasaan Yang Membedakan Orang Kaya dan Orang Miskin

“Kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Keunggulan bukanlah tindakan, tetapi kebiasaan.” — Aristoteles

16 Kebiasaan Yang Membedakan Orang Kaya dan Orang Miskin

Pola Pikir

#1 – Pola Pikir

Orang kaya dan orang miskin memiliki pola pikir yang sangat berbeda.

Ada cara berpikir yang membuat seseorang menarik kekayaan, dan ada cara berpikir yang menjauhkan kekayaan. Inilah perbedaan yang jelas antara orang kaya dan orang miskin.

“Mengajarkan orang miskin cara menjadi kaya seperti mengajarkan ikan cara hidup di darat.”

#2 – Keyakinan dan Filosofi

Orang kaya dan orang miskin memiliki keyakinan, sikap, pemikiran, dan filosofi yang sangat berbeda tentang kekayaan dan pandangan hidup.

Keyakinan dan filosofi ini cenderung meresap ke dalam kebiasaan, perilaku, bahasa, dan cara hidup mereka.

#3 – Menetapkan Tujuan vs Berangan-angan

Orang miskin menabung sedikit dan menyerahkan segalanya pada keberuntungan. Jika mereka berinvestasi, mereka menyerahkan semuanya kepada “penasihat keuangan” untuk mengelolanya.

Sebaliknya, 70% orang kaya mengejar setidaknya satu tujuan besar. Hanya 3% dari mereka yang kesulitan memenuhi kebutuhan yang melakukan hal ini.

Orang kaya adalah penetap tujuan dan perencana yang cerdas. Mereka tidak menyerahkan apa pun pada kebetulan. Mereka mengambil kendali atas hidup mereka dan terlibat dalam setiap hal yang mereka investasikan, bukannya menyerahkan segalanya kepada “ahli keuangan.”

Kerja Keras vs Kemalasan

#4 – Kerja Keras vs Kemalasan

Ini kenyataan pahit — orang kaya tidur lebih sedikit daripada orang miskin. Mayoritas orang miskin malas karena mereka kurang memiliki tekad untuk keluar dari keadaan yang membuat mereka tetap miskin.

Mari hadapi kenyataannya. Orang malas membenci pekerjaan dan lebih suka tidur lebih awal serta bangun terlambat. Mereka lebih memilih menunggu apel jatuh dari pohon daripada membuang waktu untuk mengambilnya sendiri.

Sebaliknya, orang kaya bekerja sangat keras dan mengajarkan hal yang sama kepada anak-anak mereka karena mereka tidak ingin mempertaruhkan kehidupan mereka atau keluarga mereka.

Kebanyakan orang kaya benci menunda-nunda dan lebih suka bangun pagi sehingga mereka bisa mulai melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan mereka lebih awal.

Mereka gigih dan tidak menyerah atau mundur ketika menghadapi kemunduran.

#5 – Membaca

Tahukah kamu bahwa CEO top dunia, termasuk orang kaya, menghabiskan sebagian besar waktunya membaca buku-buku pengembangan diri?

Tahukah kamu bahwa CEO top dunia, termasuk orang kaya, membaca sekitar 50 buku setahun?

Sebaliknya, tahukah kamu bahwa rata-rata orang menghabiskan hingga 95% waktu luangnya menonton film, menonton TV, atau berselancar di internet?

Sebagai perbandingan, rata-rata orang hanya membaca 1,5 buku setahun?

Judi vs Risiko

#6 – Judi vs Risiko

Penelitian menunjukkan bahwa 77% dari mereka yang mengalami kesulitan keuangan bermain lotere setiap minggu. Perusahaan lotere menyukainya dan bahkan mendorong kebiasaan ini dengan memberitahu mereka untuk membeli lebih banyak tiket lotere agar meningkatkan keberuntungan mereka.

Sebaliknya, orang kaya menciptakan keberuntungan mereka sendiri dengan mengambil risiko yang diperhitungkan. Mereka mengandalkan angka, bukan keberuntungan. Hampir tidak ada orang kaya yang bermain lotere.

Orang kaya tidak bergantung pada keberuntungan acak untuk kekayaan mereka. Mereka menciptakan keberuntungan mereka sendiri dengan meningkatkan risiko secara cerdas.

#7 – Menunda Kenikmatan

Orang kaya mengorbankan masa kini untuk masa depan. Mereka memulai lebih awal dan aktif berpartisipasi dengan terus mencari informasi untuk meningkatkan hidup mereka serta berinvestasi di saham dan usaha jangka panjang lainnya, bukannya menghabiskan uang untuk barang-barang mewah dan kesenangan.

Mereka menyangkal kenyamanan dan kesenangan saat ini untuk menikmati “pensiun” lebih awal.

Sebaliknya, orang miskin ingin menikmati hidup sekarang dengan mengonsumsi segala hal baik yang bisa mereka dapatkan, meskipun dengan uang yang tidak mereka miliki, dan terkadang bahkan meminjam untuk membiayai gaya hidup yang tidak bisa mereka pertahankan, demi mengesankan orang-orang yang tidak mereka kenal.

Selain itu, karena mereka tidak percaya pada masa depan, pengalaman hidup di masa kini terlalu menggoda untuk dilewatkan karena semua orang juga melakukannya.

#8 – Berinvestasi vs Konsumsi

Ada dua jenis orang di dunia — konsumen dan pemasok.

Orang miskin memiliki pola pikir yang berorientasi konsumsi. Mereka cenderung mengonsumsi sekarang daripada berinvestasi atau menabung sekarang dan mengonsumsi nanti.

Orang miskin memiliki pola pikir konsumen.

Sebaliknya, orang kaya cenderung berada di sisi pemasok dan lebih memilih menginvestasikan uang yang seharusnya mereka habiskan untuk membeli aset. Mereka cenderung membeli apa yang mereka inginkan dari hasil investasi tersebut.

Orang kaya memiliki pola pikir investasi atau pemasok.

Akumulasi Aset vs Kewajiban

#9 – Akumulasi Aset vs Kewajiban

Orang miskin dan kelas menengah membeli kewajiban dengan berpikir bahwa itu adalah aset.

Sebagai contoh, mobil adalah kewajiban karena kehilangan 25% nilainya saat kamu mengendarainya keluar dari showroom.

Kecuali kamu bisa menghasilkan pendapatan dari mobil tersebut, nilainya akan terus menurun, dan setelah 5 tahun, mobil itu tidak akan berharga lagi.

Sebaliknya, orang kaya mengumpulkan aset. Definisi aset bervariasi tergantung pada apakah kamu mendengarnya dari akuntan atau investor. Menurut investor, aset adalah apa pun yang menghasilkan nilai sisa.

Dalam hal ini, rumah juga bisa menjadi kewajiban jika kamu tinggal di dalamnya, karena satu-satunya waktu rumah tersebut bisa menghasilkan nilai sisa adalah ketika kamu menjualnya dengan harga yang lebih tinggi dari biaya yang terkumpul.

Nilai Sisa = Harga Jual – Biaya Awal – Perbaikan & Pemeliharaan – Pajak – Inflasi yang Terkumpul.

Sebenarnya, rumah terkadang memang menghargai nilai tergantung pada dinamika pasar dan penilaian, tetapi biasanya itu dimakan oleh biaya hidup (inflasi).

Cara paling efektif untuk mengubah rumah menjadi aset adalah dengan menyewakannya sehingga menghasilkan pendapatan bulanan. Sementara itu, kamu bisa menemukan tempat tinggal yang sederhana, memastikan bahwa apa yang kamu terima dari pendapatan sewa cukup untuk membayar sewa tempat tinggalmu. Ini disebut pendapatan pasif.

Menabung vs Berinvestasi

#10 – Menabung vs Berinvestasi

Menabung dan berinvestasi adalah dua istilah yang sering digunakan secara bergantian dalam dunia keuangan.

Namun, kedua istilah ini sebenarnya memiliki arti yang berbeda. Menabung berarti pendapatan yang tidak digunakan atau konsumsi yang ditunda. Menabung juga berarti menyisihkan sejumlah uang, sebaiknya dalam akun simpanan bank, dana pensiun, atau dana investasi, untuk penggunaan di masa depan, pensiun, atau untuk “hari hujan.”

Tabungan diharapkan mengumpulkan bunga harian dan dapat ditarik di masa depan.

Orang miskin dan kelas menengah terus menggunakan kata ‘menabung’ dalam kosa kata mereka.

Berinvestasi berarti menempatkan uang ke dalam skema keuangan, saham, properti, atau usaha komersial dengan harapan mendapatkan pengembalian investasi (ROI).

Berinvestasi adalah istilah yang umum digunakan oleh orang kaya dalam kosa kata mereka.

Orang miskin dan kelas menengah menabung uang. Orang kaya menginvestasikan uang, waktu, dan tenaga.

#11 – Bekerja untuk Uang vs Uang Bekerja untuk Anda

Mantra populer adalah “pergi ke sekolah, dapatkan nilai bagus, lulus, dapatkan pekerjaan bergaji tinggi di perusahaan besar, dapatkan buku pensiun, dan bekerja keras seumur hidupmu hingga pensiun di usia 60-an.”

Pekerjaan seperti itu sekarang hampir tidak ada lagi. Namun, masyarakat dan sistem sekolah belum berubah sedikit pun. Siswa terus diberitahu untuk belajar keras agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik.

Secara efektif, mereka diberitahu untuk belajar keras agar bisa bekerja untuk uang seumur hidup untuk orang lain. Untuk alasan ini, kebanyakan orang miskin tidak tahu cara lain.

Di sisi lain, orang kaya tahu lebih baik. Mereka membiarkanmu pergi ke sekolah, mendapatkan nilai bagus sehingga mereka bisa mempekerjakanmu di perusahaan mereka. Dalam hal ini, siswa A bekerja untuk siswa C.

Orang kaya memahami hukum leverage, sehingga mereka membuat uang bekerja untuk mereka. Mereka membeli bakat, keterampilan, dan usaha orang lain sementara mereka menghabiskan waktu mereka melakukan hal-hal yang lebih menguntungkan.

Alih-alih meminjam uang untuk menghabiskan pada konsumsi, pesta pernikahan yang mahal, dan barang-barang mewah, orang kaya memahami bahwa lebih menguntungkan meminjam uang untuk mengakses investasi yang lebih menguntungkan dan kontrak bisnis.

Manajemen Waktu

#12 – Manajemen Waktu

Orang miskin berpikir mereka memiliki semua waktu di dunia. Mereka membuang-buang waktu dan jarang tiba tepat waktu di suatu janji kecuali jika hidup mereka bergantung padanya.

Pola pikir orang kaya sangat sadar bahwa waktu sama dengan uang dan hampir tidak akan terlibat dalam urusan yang membuang-buang waktu.

Orang kaya sangat menyadari bahwa waktu adalah satu-satunya sumber daya terbatas di alam semesta dan bahwa setiap orang hanya memiliki 24 jam sehari untuk digunakan.

#13 – Kelimpahan vs Kekurangan

Orang miskin beroperasi dengan pola pikir kekurangan. Mereka lebih memilih menghabiskan lebih banyak waktu daripada uang karena mereka berpikir bahwa uang lebih langka daripada waktu.

Di sisi lain, orang kaya berpikir bahwa ada pasokan uang yang tak terbatas, pasokan waktu yang terbatas, dan kelimpahan dalam segala hal.

Itulah sebabnya mereka bekerja keras untuk menghasilkan lebih banyak uang guna meningkatkan kehidupan mereka dalam waktu sesingkat mungkin.

#14 – Bergosip

Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan pendapatan rendah menghabiskan antara 79% – 80% waktu mereka untuk bergosip atau melakukan pembicaraan yang tidak berguna.

Sebaliknya, hanya 6% dari orang berpenghasilan tinggi yang mengakui bahwa mereka bergosip.

Anda harus mendengarkan orang lain selama lima menit untuk setiap satu menit Anda berbicara. Orang kaya adalah komunikator yang baik karena mereka pendengar yang baik. Mereka memahami bahwa Anda hanya dapat belajar dan mendidik diri sendiri dengan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain.

#15 – Makan Sehat dan Tetap Bugar

Orang miskin tidak memperhatikan rejimen kesehatan mereka dengan serius.

Ada banyak alasan mengapa orang miskin tidak memperhatikan apa yang mereka makan, tetapi alasan yang paling signifikan mungkin adalah kurangnya motivasi untuk hidup lebih lama, sehingga keinginan untuk mendapatkan lebih banyak juga berkurang.

Di sisi lain, orang kaya dan sukses memperhatikan status kesehatan mereka sama seriusnya dengan status keuangan mereka. Ini karena mereka memahami bahwa semakin memburuk kesehatan Anda, semakin besar tagihan medis yang harus dibayar.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh pakar keuangan terkemuka, Thomas Corley, 70% orang kaya mengonsumsi kurang dari 300 kalori makanan cepat saji setiap hari, sementara 97% orang miskin mengonsumsi lebih dari 300 kalori makanan cepat saji per hari.

Menurut penelitian lain, 76% orang kaya di Amerika berolahraga setidaknya 4 hari seminggu, sedangkan hanya 23% orang miskin yang melakukannya.

#16 – Berorientasi Solusi vs Mengeluh

Ini adalah salah satu kebiasaan paling penting yang membedakan orang kaya dari orang miskin. Orang miskin bersifat pesimistis dan selalu mengeluh.

Orang miskin lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam membicarakan masalah dan saling menyalahkan daripada mencari solusi. Mereka merasa lebih nyaman jika ditemukan kambing hitam, daripada jika masalahnya diselesaikan.

Orang kaya mengambil tanggung jawab serta hadiah dan tidak menangisi apa yang sudah terjadi. Mereka menyelesaikan masalah. Ini adalah alasan utama mengapa kita sering melihat orang kaya menghasilkan ide-ide baru untuk menyelesaikan masalah dunia.

Mereka selalu berkomitmen untuk menemukan solusi karena bagi mereka, jika bukan mereka, lalu siapa lagi yang akan menyelesaikan masalah?

Leave a Comment