Bagi investor atau pemegang saham, ada satu istilah yang penting, yaitu dividend yield atau tingkat keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pengertian, rumus dividend yield, beserta kekurangannya.
Pengertian
Dividend yield merupakan tingkat pengembalian berbentuk dividen tunai kepada pemegang saham. Umumnya, dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase. Dividend yield menunjukkan banyak perusahaan yang sudah membayar dividen selama satu tahun terhadap harga saham.
Hal ini membuat pemegang saham lebih mudah mengidentifikasi berapa pengembalian per Rupiah yang telah diinvestasikan dan diterima lewat dividen. Umumnya, perusahaan baru yang masih bertumbuh, lebih rendah membayar dividend yield daripada perusahaan besar yang sudah mature.
Contoh perusahaan yang memberikan dividend yield besar yaitu perusahaan di industri utilitas dan kebutuhan pokok konsumen. Sedangkan, perusahaan dengan dividend yield rendah adalah perusahaan saham teknologi.
Rumus Dividend Yield
Seperti yang sudah disebutkan, dividend yield dinyatakan dalam persentase, serta didapat dari membagi nilai dividen yang dibayarkan (per saham pada tahun tertentu) dengan nilai nolar (per saham). Ini dia rumus dari dividend yield.
Keterangan:
- Dividen per lembar saham didapatkan dari total pembayaran dividen tahunan perusahaan dibagi jumlah saham yang beredar
- Nilai pasar per saham merupakan harga saham perusahaan (per lembar) saat ini
Contoh Penerapan/Perhitungan
Setelah mengetahui, rumus dividend yield, sebaiknya kamu juga mengetahui contoh dari dividend yield. Agar pemahaman yang didapatkan lebih menyeluruh.
Seorang investor sedang bimbang untuk berinvestasi di Perusahaan X atau Perusahaan Y, akhirnya ia mencari nilai dividend yield masing-masing perusahaan. Perusahaan X telah membayar $ 5,00 sebagai dividen atas sahamnya selama beberapa tahun, sedangkan Perusahaan Y hanya membayar $ 4,00.
Namun, harga saham Perusahaan X adalah $ 90, sementara harga saham Perusahaan Y yaitu $ 50. Jika dihitung, dividend yield untuk Perusahaan X adalah 5,5% dan Perusahaan Y adalah 8%. Apabila investor hanya mempertimbangkan dividend yield, maka sebaiknya investasi di Perusahaan Y.
Apakah Dividend Yield Harus Tinggi?
Dividend yield dikatakan tinggi jika lebih dari 5%, tetapi besarannya tidak selalu mencerminkan kinerja emiten yang lebih baik daripada emiten dengan dividend yield yang lebih rendah. Bisa saja, emiten sedang mengalami masalah finansial yang menyebabkan harga saham menurun.
Oleh karena itu, dividend yield yang tinggi tidak selalu menandakan peluang yang baik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Sesuai rumus dividend yield, besarannya bisa naik ketika saham turun atau sebaliknya.
Kekurangan dari Dividend Yield
Meskipun dividend yield yang tinggi cukup menarik, tetapi hal tersebut dapat menyebabkan potensi pertumbuhan perusahaan menjadi korban. Bagaimana bisa begitu? Seperti ini penjelasannya.
Setiap Rp1 yang dibayar perusahaan ke pemegang saham dalam bentuk dividen, berarti setiap Rp1 tersebut tidak diinvestasikan kembali ke perusahaan. Padahal setiap Rp1 bisa digunakan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang, serta lebih menghasilkan banyak keuntungan.
Sebenarnya, tanpa pembagian dividen, pemegang saham atau investor pasti memiliki potensi untuk mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi bila harga saham meningkat. Dalam kata lain, perusahaan tidak bagi dividen, menahan laba, tetapi dialihkan untuk pertumbuhan perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, sebaiknya calon investor lebih bijak memilih investasi, dengan cara menjadikan rumus dividend yield sebagai satu-satunya pertimbangan investasi. Bahkan, tidak menutup kemungkinan data dividend yield yang disajikan adalah informasi lama yang sudah tidak berlaku.